Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat luas, penamaan desa Wadas karena di sekeliling desa terdapat tanah padas atau Wadas. Akan tetapi asal usul penamaan dusun yang ada di desa Wadas memiliki sejarah sendiri-sendiri.
Dusun Watuputih pada awal mulanya hutan belantara, dan datanglah pengembara bernama Nyi Gembut dan Sunan Bayi. Sesampainya disana beliau melihat batu yang berbeda dari batu lannya, batu besar tersebut berbentuk persegi empat berwarna putih dan mempunyai batu kecil yang memancarkan cahaya diatasnya. Mereka akhirnya menetap disana dan membuat batu tersebut sebagai “tetenger” atau tonggak penanda atas wilayah tersebut. Konon katanya batu tersebut pernah dibuang ke sungai terong, tetapi secara misterius batu tersebut kembali ke posisi semula. Sampai saat ini batu tersebut masih ada di Dusun Watuputih tepatnya di Depan Rumah Bapak Tunadji.
Untuk dusun Jetis, sejarahnya bersambung dengan sejarah Desa Jurangagung. Konon pada pada jaman Kerajaan Surakarta dan Kerajaan Mataram sedang terjadi perselisihan, maka terjadilah perselihan antara prajurit dari Kraton Solo yang yang bernama Gentong Lotong dengan prajurit dari Mataram yang bernama Rujak Beling. Dan perselisihan tersebut melibatkan seorang gadis yang menjadi rebutan kedua prajurit tersebut. Singkat cerita terjadilah pertempuran antara kedua prajurit tersebut yang menyebebkan Gentong Lotong terluka dan kalah, sehingga melarikan diri ke arah timur, sedangkan Rujak Beling yang menang dalam perkelaian tersebut bersama gadis melanjutkan perjalanan ke arah Utara. dan benih – benih asmara tersebut sudah menjadi Cinta ( Seneng ). Singkat cerita mereka berjalan lagi kearah utara dan menikah disana, jadilah tempat tersebut sebagai saksi cintanya, dan tempat tersebut dinamai “wonosuko” atau dalam bahasa indonesia dapat diartikan hutan yang menjadi saksi suka dan cinta mereka berdua. Seiring berjalannya waktu wilayah tersebut semakin banya penduduknya, dari sekian banyak penduduk ada salah seorang penduduk yang menjadi provokator untuk mencelakai sesepuh kampung tersebut, dan akhirnya orang tersebut diusir dan diasingkan ke utara kampung wonosuko. Singkat cerita tempat pengasingan tersebut juga menjadi kampung dan dinamai kampung jetis karena orang yang pertama mendiami tempat tersebut provokator atau ceriwis dengan bahasa lokal “cas-cis” dan orang-orang luar kampung salah dengar jadi jetis. Dari situlah asal mula penamaan dusun Jetis.
Sedangkan Dusun Gondang, konon dulu di kampung tersebut banyak terdapat pohon kala Gondang, sehingga wilayah tersebut dinamai Dusun Gondang, akan tetapi saat ini tidak ada satupun peninggalan atau Pohon kala Gondang yang masih ada disana.
Dan Dusun Jambangan, menurut cerita dan kepercayaan masyarakat, bahwa Dusun Jambangan sudah ada sejak jaman dulu, Dusun Jambangan berasal dari sebuah tempat yang berada di sebelah utara kampung. Dulunya terdapat danau kecil (Jamban) yang digunakan sebagai tempat memandikan kuda atau pun kerbau. Jamban tersebut kering saat musim kemarau. Sehingga warga berdoa dengan harapan agar wilayah tersebut Selalu memiliki air yang jernih dan berlimpah dengan memberi nama wilayah tersebut “jambangan” atau wadah untuk penampung air.